Kamis, 17 Januari 2013


Mem-branding Sekolah Muhammadiyah
Oleh : Muhdiyatmoko,S.Pd

                 
Pendidikan adalah salah satu sektor yang menjadi sarana dakwah  Kiai Haji Ahmad Dahlan. Pasalnya pendidikan memiliki peran strategis dalam memajukan masyarakat. Sehingga tidak heran manakala sampai saat ini jumlah sekolah Muhammadiyah telah mencapai ribuan,sejak dari taman kanak-kanak hingga sekolah menengah. Bahkan perguruan tingginya pun telah tersebar di seluruh Indonesia. Memang ada sebuah kebanggaan tersendiri ketika kita berbicara tentang kuantitas sekolah Muhammadiyah. Bagaimana dengan kualitas sekolah-sekolah Muhammadiyah ?
                Sebuah pertemuan bersejarah telah digelar di Jawa Timur. Pertemuan selama tiga hari ( 18 – 20 Feb 2011 )itu diadakan di Asrama Haji Sukolilo dan diikuti kurang lebih 500 peserta dari seluruh Indonesia. Pesertanya adalah guru, kepala sekolah sejak dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Utusan dari Solo adalah SD Muhammadiyah Program Khusus, SMP Muh Simpon, dan SMA Muh 1 Surakarta. Acara itu dikemas dalam bentuk “National Workshop for International Networking and Branding”. Tema besar yang dipilih pun sangat menantang peserta yaitu “Memulai dari Satu Langkah Kebersamaan Menyongsong Seribu Keberhasilan sekolah-sekolah Muhammadiyah”. Sangat jelas arah dan tujuan acara tiga hari di Sukolilo yang diselenggarakan oleh Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah tersebut. Yaitu bagaimana sekolah-sekolah Muhammadiyah mampu menjadi sekolah yang berkualitas ( berhasil ) dan selalu diminati oleh m asyarakat. Di forum itu pulalah diharapkan terjadi sebuah jejaring ( networking) diantara sekolah-sekolah Muhammadiyah.
                Menjadi sekolah yang berkualitas dan  diminati masyarakat tidak datang dengan sendirinya. Dibutuhkan sebuah strategi dan inovasi tepat dalam memulainya. Sekolah –sekolah Muhammadiyah terkadang kurang pintar dalam “memasarkan” sekolah. Branding sekolah belum ada. Yang ada hanyalah selalu berkutat dengan sejarah sekolah tersebut. Bahwa sekolah ini telah tua dan berumur puluhan tahun. Hal ini telah disindir oleh salah satu pembicara yaitu Prof.Dr.Eng. Imam Robandi bahwa mereka selalu membanggakan masa lalu sekolahnya dan sering tidak terasa kalau sekolahnya tidak membanggakan di hari ini.
                Masih menurut Prof.Imam Robandi, membiarkan sekolah-sekolah tanpa rebranding sama dengan melakukan misbranding. Diam,tidak ada perubahan,jumlah siswa tidak bertambah, jumlah guru juga itu-itu saja, pelayanan stagnan, jumlah faslitias mandeg, dan hari demi hari hanya berjalan untuk menunggu waktu, itu semua adalah selemah-lemah pertahanan dari sebuah system. Melakukan branding ulang (rebaranding ) adalah bukan hal yang tabu, tetapi sesuatu kewajiban pada sebuah system untuk menghadapi dinamika system dan perubahan. Persaingan kita sebenarnya bukanlah sekolah-sekolah lain,persaingan sebenarnya adalah sebuah perubahan dan dinamika yang sedang terjadi. Sejauh mana sekolah itu menangkap hal tersebut untuk  dijadikan bahan evaluasi lalu memulai langkah untuk menyikapinya.
                Setidaknya ada enam strategi dalam melakukan rebranding menurut Prof.Imam yaitu,pertama rebranding tersebut hendaknya didasarkan pada sebuah relaitas sekolah ( sejarah, kemampuan,perencanaan sekolah ). Kedua,mengetahui pandangan para stakeholder atau customer yang berbeda, yaitu cara mereka melihat “brand” dan cara mereka merasakan manfaat dari sekolah. Ketiga,mengidentifikasi kesenjangan antara pencitraan yang telah dibangun oleh stakeholder dan mengidentifikasi kesenjangan antara kondisi nyata sekolah dan menurut pandangan stakeholder. Keempat,menentukan potensi kepercayaan sekolah yaitu sekolah dapat dipandang sebagai posisi yang realistis oleh para stakeholder. Kelima,menentukan jenis variable pencitraan yang harus dilakukan rebranding di sekolah. Keenam,rebranding harus dilakukan secara terukur, terjadwal, dan terevaluasi.
                Rebranding sekolah memang sebuah keharusan. Mengapa setiap sekolah harus melakukan rebranding adalah untuk meningkatkan yang telah dimiliki dan menghidupkan yang belum berjalan. Memang diperlukan semangat kebersamaan untuk memformulasikan brand sekolah. Tentu saja peran pimpinan sekolah ( kepala sekolah ) sangat besar. Sebagai seorang pemimpin memang harus memiliki keberanian tersendiri dalam membuat “terobosan-terobosan” dalam menyikapi dinamika masyarakat. Salah satu ciri pemimpin adalah ketika yang lain ragu dia berani mengambil keputusan. Keputusan berimprovisasi,inovasi,dan berkreasi  dalam mengembangkan sekolah.
                Perguruan Muhammadiyah Kottabarat ( SD –SMP Muhammadiyah PK ), sebagai sekolah yang tergolong muda terus melakukan rebranding seiring perkembangan dunia pendidikan dan dinamika masyarakat. Sebagai langkah awal adalah seluruh stakeholder melakukan analisis SWOT tentang kondisi sekolah. Setelah mampu memahami segala kekuatan, kelemahan, tantangan (ancaman), dan peluang yang dimiliki sekolah segera merumuskan branding yang tepat. Satu hal branding yang tidak dimiliki sekolah di mana pun adalah “sekolah tanpa jajan”. Meskipun letak sekolah sangat strategis tidak ada anak yang jajan di lingkungan sekolah. Sehingga pemandangan orang berjualan yang berjubel ketika sekolah istirahat dan pulang sekolah, tidak akan ditemui di Kottabarat. Dan hal ini tetap dipegang teguh oleh seluruh stakeholder dan customer. Sehingga branding ini menjadi diferensiasi ( faktor pembeda) dengan sekolah-sekolah lainnya.
                Branding yang sangat ampuh saat ini adalah bagaimana sekolah mampu menunjukkan prestasi. Tentu saja tidak hanya prestasi kelulusan siswa. Meskipun hal ini juga factor penting tetapi bukan yang utama. Jangan hanya mengejar target kelulusan tetapi bagaimana penguatan  karakter anak jauh lebih penting ( school as character builders ). Banyak sekolah yang masih berorientasi guru mengajar bukan sekolah tempat siswa belajar. Hal-hal yang berbau formalisme tidak perlu dilakukan. Sekolah hendaknya mampu menjadi rumah kedua bagi anak. Anak merasa nyaman, aman, dan menyenangkan. Selain itu bagaimana sekolah banyak melakukan promosi kreativitas dan pengetahuan juga menjadi salah satu alternatif untuk membuat pencitraan. Tentu saja dibutuhkan SDM yang memiliki daya kreatif dan imajinatif yang tinggi. Dan tidak boleh dilupakan adalah bagaimana memjalin komunikasi yang baik dengan media massa. Pasalnya di era informasi dan komunikasi ini media sangat strategis untuk mempromosikan berbagai kegiatan dan keberhasilan prestasi sekolah. Semoga dengan  langkah ini menjadikan seribu keberhasilan sekolah-sekolah Muhammadiyah.

@Muhdiyatmoko,S.Pd; Staf pengajar Perguruan Muhammadiyah Kottabarat.