Mem-branding Sekolah Muhammadiyah
Oleh : Muhdiyatmoko,S.Pd
Pendidikan
adalah salah satu sektor yang menjadi sarana dakwah Kiai Haji Ahmad Dahlan. Pasalnya pendidikan
memiliki peran strategis dalam memajukan masyarakat. Sehingga tidak heran
manakala sampai saat ini jumlah sekolah Muhammadiyah telah mencapai ribuan,sejak
dari taman kanak-kanak hingga sekolah menengah. Bahkan perguruan tingginya pun
telah tersebar di seluruh Indonesia. Memang ada sebuah kebanggaan tersendiri
ketika kita berbicara tentang kuantitas sekolah Muhammadiyah. Bagaimana dengan
kualitas sekolah-sekolah Muhammadiyah ?
Sebuah
pertemuan bersejarah telah digelar di Jawa Timur. Pertemuan selama tiga hari (
18 – 20 Feb 2011 )itu diadakan di Asrama Haji Sukolilo dan diikuti kurang lebih
500 peserta dari seluruh Indonesia. Pesertanya adalah guru, kepala sekolah
sejak dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Utusan dari Solo
adalah SD Muhammadiyah Program Khusus, SMP Muh Simpon, dan SMA Muh 1 Surakarta.
Acara itu dikemas dalam bentuk “National Workshop for International Networking
and Branding”. Tema besar yang dipilih pun sangat menantang peserta yaitu
“Memulai dari Satu Langkah Kebersamaan Menyongsong Seribu Keberhasilan
sekolah-sekolah Muhammadiyah”. Sangat jelas arah dan tujuan acara tiga hari di
Sukolilo yang diselenggarakan oleh Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah tersebut.
Yaitu bagaimana sekolah-sekolah Muhammadiyah mampu menjadi sekolah yang
berkualitas ( berhasil ) dan selalu diminati oleh m asyarakat. Di forum itu pulalah
diharapkan terjadi sebuah jejaring ( networking) diantara sekolah-sekolah
Muhammadiyah.
Menjadi
sekolah yang berkualitas dan diminati
masyarakat tidak datang dengan sendirinya. Dibutuhkan sebuah strategi dan inovasi
tepat dalam memulainya. Sekolah –sekolah Muhammadiyah terkadang kurang pintar
dalam “memasarkan” sekolah. Branding sekolah belum ada. Yang ada hanyalah
selalu berkutat dengan sejarah sekolah tersebut. Bahwa sekolah ini telah tua
dan berumur puluhan tahun. Hal ini telah disindir oleh salah satu pembicara
yaitu Prof.Dr.Eng. Imam Robandi bahwa mereka selalu membanggakan masa lalu
sekolahnya dan sering tidak terasa kalau sekolahnya tidak membanggakan di hari
ini.
Masih
menurut Prof.Imam Robandi, membiarkan sekolah-sekolah tanpa rebranding sama
dengan melakukan misbranding.
Diam,tidak ada perubahan,jumlah siswa tidak bertambah, jumlah guru juga itu-itu
saja, pelayanan stagnan, jumlah faslitias mandeg, dan hari demi hari hanya
berjalan untuk menunggu waktu, itu semua adalah selemah-lemah pertahanan dari
sebuah system. Melakukan branding ulang (rebaranding ) adalah bukan hal yang
tabu, tetapi sesuatu kewajiban pada sebuah system untuk menghadapi dinamika
system dan perubahan. Persaingan kita sebenarnya bukanlah sekolah-sekolah
lain,persaingan sebenarnya adalah sebuah perubahan dan dinamika yang sedang
terjadi. Sejauh mana sekolah itu menangkap hal tersebut untuk dijadikan bahan evaluasi lalu memulai langkah
untuk menyikapinya.
Setidaknya
ada enam strategi dalam melakukan rebranding menurut Prof.Imam yaitu,pertama
rebranding tersebut hendaknya didasarkan pada sebuah relaitas sekolah (
sejarah, kemampuan,perencanaan sekolah ). Kedua,mengetahui pandangan para
stakeholder atau customer yang berbeda, yaitu cara mereka melihat “brand” dan
cara mereka merasakan manfaat dari sekolah. Ketiga,mengidentifikasi kesenjangan
antara pencitraan yang telah dibangun oleh stakeholder dan mengidentifikasi
kesenjangan antara kondisi nyata sekolah dan menurut pandangan stakeholder.
Keempat,menentukan potensi kepercayaan sekolah yaitu sekolah dapat dipandang
sebagai posisi yang realistis oleh para stakeholder. Kelima,menentukan jenis
variable pencitraan yang harus dilakukan rebranding di sekolah.
Keenam,rebranding harus dilakukan secara terukur, terjadwal, dan terevaluasi.
Rebranding
sekolah memang sebuah keharusan. Mengapa setiap sekolah harus melakukan
rebranding adalah untuk meningkatkan yang telah dimiliki dan menghidupkan yang
belum berjalan. Memang diperlukan semangat kebersamaan untuk memformulasikan
brand sekolah. Tentu saja peran pimpinan sekolah ( kepala sekolah ) sangat
besar. Sebagai seorang pemimpin memang harus memiliki keberanian tersendiri
dalam membuat “terobosan-terobosan” dalam menyikapi dinamika masyarakat. Salah
satu ciri pemimpin adalah ketika yang lain ragu dia berani mengambil keputusan.
Keputusan berimprovisasi,inovasi,dan berkreasi
dalam mengembangkan sekolah.
Perguruan
Muhammadiyah Kottabarat ( SD –SMP Muhammadiyah PK ), sebagai sekolah yang
tergolong muda terus melakukan rebranding seiring perkembangan dunia pendidikan
dan dinamika masyarakat. Sebagai langkah awal adalah seluruh stakeholder
melakukan analisis SWOT tentang kondisi sekolah. Setelah mampu memahami segala
kekuatan, kelemahan, tantangan (ancaman), dan peluang yang dimiliki sekolah
segera merumuskan branding yang tepat. Satu hal branding yang tidak dimiliki
sekolah di mana pun adalah “sekolah tanpa jajan”. Meskipun letak sekolah sangat
strategis tidak ada anak yang jajan di lingkungan sekolah. Sehingga pemandangan
orang berjualan yang berjubel ketika sekolah istirahat dan pulang sekolah,
tidak akan ditemui di Kottabarat. Dan hal ini tetap dipegang teguh oleh seluruh
stakeholder dan customer. Sehingga branding ini menjadi diferensiasi ( faktor
pembeda) dengan sekolah-sekolah lainnya.
Branding
yang sangat ampuh saat ini adalah bagaimana sekolah mampu menunjukkan prestasi.
Tentu saja tidak hanya prestasi kelulusan siswa. Meskipun hal ini juga factor
penting tetapi bukan yang utama. Jangan hanya mengejar target kelulusan tetapi
bagaimana penguatan karakter anak jauh
lebih penting ( school as character builders ). Banyak sekolah yang masih
berorientasi guru mengajar bukan sekolah tempat siswa belajar. Hal-hal yang
berbau formalisme tidak perlu dilakukan. Sekolah hendaknya mampu menjadi rumah
kedua bagi anak. Anak merasa nyaman, aman, dan menyenangkan. Selain itu bagaimana
sekolah banyak melakukan promosi kreativitas dan pengetahuan juga menjadi salah
satu alternatif untuk membuat pencitraan. Tentu saja dibutuhkan SDM yang
memiliki daya kreatif dan imajinatif yang tinggi. Dan tidak boleh dilupakan
adalah bagaimana memjalin komunikasi yang baik dengan media massa. Pasalnya di
era informasi dan komunikasi ini media sangat strategis untuk mempromosikan
berbagai kegiatan dan keberhasilan prestasi sekolah. Semoga dengan langkah ini menjadikan seribu keberhasilan
sekolah-sekolah Muhammadiyah.
@Muhdiyatmoko,S.Pd; Staf pengajar Perguruan Muhammadiyah Kottabarat.